Cerita Ironis Di Balik Keberhasilan Shaun Livingston di NBA


Tidak ada yang menduga Shaun Livingston akan mempunyai profesi panjang sesudah cidera menakutkan itu. Semuanya orang percaya ia sudah habis.


Malam pada 26 Februari 2007 memang jadi malam yang menakutkan. Livingston tampil bela Los Angeles Clippers. Ia dan teamnya kebenaran mendapatkan peluang melayani Charlotte Bobcats (saat ini Charlotte Hornets) di Staples Center, Los Angeles, California, Amerika Serikat. Belum sampai empat menit di atas lapangan, Livingston jatuh. Kakinya patah.


1. Salah landing di tempat cat musuh

Livingston sukses mengambil bola yang lepas dari tangan musuh. Ia lari ke segi kanan gempuran dengan satu kawalan. Livingston lari sekencang kilat untuk menghindar pemain musuh, lalu melonjak di tempat cat (paint tempat), lakukan layup dengan tangan kanannya, tapi tidak berhasil menyarangkan bola ke keranjang.


Musibah datang saat Livingston landing dengan tidak prima. Kaki kirinya—yang menyangga badannya terlebih dulu sesudah lakukan layup—terlipat ke yang keliru. Ia terkapar demikian saja pas di bawang ring; menjerit-jerit kesakitan sampai seorang mendatanginya. Dalam siaran video laga malam itu, tempurung lututnya terlihat alami dislokasi.


2. Nyaris diamputasi

Livingston mau tak mau keluar lapangan lebih cepat. Petugas klinis menandunya untuk tinggalkan laga. Hasil pengecekan mengatakan jika ia mencederai sebagian besar sisi lututnya. Beberapa ligamennya hancur kronis, terhitung anterior cruciate ligament (ACL), posterior cruciate ligament (PCL), dan medial collateral ligament (MCL).


Faksi rumah sakit menjelaskan jika mereka peluang perlu mengamputasi kakinya. Tetapi, Livingston selamat dari musibah yang tambah jelek. Mereka tidaklah sampai mengamputasi kakinya.


Walau rumah sakit sukses selamatkan Livingston, dianya butuh waktu beberapa bulan untuk sembuh. Tidak ada yang mengetahui ia akan Situs Slot bermain bola basket kembali atau mungkin tidak. Livingston jalani pemulihan dalam saat yang benar-benar lama.


3. Usaha bangun dari kemerosotan

Alami cidera, bahkan juga nyaris diamputasi, bukan kasus gampang untuk siapa saja. Begitupun untuk Shaun Livingston.


Pemain kelahiran Peoria, Illinois, 11 September 1985 ini harus jalani operasi yang berat. Ia perlu melalui pemulihan penuh peluh. Tetapi, daya juangnya tidaklah sampai lenyap. Ia justru berkemauan untuk menyembuhkan diri dan kembali lagi ke lapangan.


"Saat profesi saya berkelebat di muka mata saya," kata Livingston dalam artikelnya di The Player's Podium, "saya dengar sebagian orang keluar tempat khusus rumah sakit, menjerit dan ketawa saat melihat ESPN memutar ulangi layup yang mengganti hidup saya. Saya tidak begitu memedulikannya."


Livingston memutuskan untuk tidak melihat siaran ulangi cideranya. Ia tidak mau ingat malam menakutkan itu. Keputusan itu dibikin supaya ia dapat konsentrasi menyembuhkan diri. Livingston memandang berpikiran positif menolongnya melalui proses yang susah.


4. Habis kontrak

Belum habis kegetiran Shaun Livingston. Saat cidera, kontraknya bersama Los Angeles Clippers, team pertama kalinya di NBA, habis sesudah 2007/2008.


Clippers tidak ingin ambil resiko perpanjang kontrak pada pemain yang cidera. Mereka perlu menambal kekosongan yang ditinggal Livingston dengan pemain lain. Team asal Los Angeles itu juga merelakannya pergi dengan status pemain bebas tak terbatas (unrestricted free agent).


Untungnya, berita baik datang pada 16 Juni 2008. Dokter meluluskan Livingston untuk melakukan aktivitas sesudah pemulihan sepanjang 16 bulan. Ia juga dapat bermain bola basket kembali.


Livingston lalu cari langkah supaya dianya dapat kembali lagi ke NBA. Dua club tertarik padanya, tapi Livingston putuskan mendekat ke Miami Heat. Ia tanda-tangani kontrak 2 tahun bersama club asal Florida itu.


5. Jadi pengembara di NBA

Shaun Livingston usaha kembalikan performnya bersama Miami Heat. Tetapi, kerja-sama mereka berjalan sesaat saja. Heat menggantinya ke Memphis Grizzlies pada Januari 2009.


Grizzlies sendiri sebetulnya tidak memerlukan Livingston. Mereka lalu melepaskannya waktu itu juga. Keputusan itu mengantar Livingston untuk bekerja bersama dengan Tulsa 66ers, team satelit Oklahoma City Thunder yang bertanding di NBA D-League (saat ini G League), dengan kekuatan masuk ke team khusus. Betul saja, Livingston bermain bersama 66ers sepanjang tiga minggu sampai Thunder memberikan kontrak.


Kerja-sama Livingston bersama Thunder ternyata jalan sesaat saja. Ia tidak berhasil kembalikan performnya semenjak alami cidera. Livingston juga jadi seorang pengembara di NBA. Ia masuk-keluar team yang berbeda sampai 2014, salah satunya: Washington Wizards, Charlotte Bobcats, Milwaukee Bucks, Cleveland Cavaliers, dan Brooklyn Nets.


6. Berjaya bersama Golden State Warriors

olden State Warriors bernafsu jadi juara sesudah mendapatkan kepingan-kepingan penting, seperti Stephen Curry dan Klay Thompson. Tetapi, mereka masih memerlukan seorang pemain cadangan yang eksper.


Shaun Livingston, yang sudah melalui saat-saat susahnya, menjadi satu diantara pilihan Warriors. Team yang waktu itu bertempat di Oracle Tempat itu mengambilnya dengan kontrak 3 tahun sebesar 16 juta dolar AS pada 2014/2015.


Livingston sempat alami cidera dan naik meja operasi. Tetapi, ia pulih on time untuk tampil pada laga pembuka musim itu.


Sepanjang waktunya di Golden State Warriors, Livingston menjelma jadi pemain kunci. Ia pas dengan mekanisme yang diaplikasikan Kepala Pelatih Steve Kerr. Livingston sanggup menunjukkan dianya dengan bermain sebagai lapisan Stephen Curry. Bahkan juga, ia disebut sebagai pemain mematikan di tempat perimeter. Tembakan-tembakannya seringkali berbuah point utama.


Pada musim yang serupa, Livingston sukses keluar sebagai juara NBA. Semenjak waktu itu, ia jadi figur tidak terpindahkan dalam dinasti Warriors. Mereka membuat dominasinya sendiri di NBA. Warriors selalu masuk final dalam lima musim berturut-turut dengan raih tiga titel juara pada 2015, 2017, dan 2018.


Sayang, Livingston tidak berhasil menyembahkan titel juara NBA pada 2019. Warriors—yang didera badai cidera—tumbang oleh Toronto Raptors. Mereka kehilangan peluang mengusung piala Larry O'Brien satu kali lagi.


7. Pensiun dan terima penawaran management Warriors

Sesudah kalah atas Toronto Raptors pada Final NBA 2019, Warriors usaha mengubah tim. Mereka melepaskan beberapa pemain veteran, terhitung Shaun Livingston. Tetapi, Livingston rupanya memutuskan untuk menggantung sepatu dibanding berpindah ke team lain.


Putuskan pensiun jadi hati yang campur baur untuk Livingston. Ia tidak yakin profesinya dapat sampai sepanjang itu.


"Sesudah 15 tahun di NBA, saya semangat, bersedih, untung, dan mengucapkan syukur sekalian," tutur Livingston dalam upload perpisahannya di Instagram.


Livingston akhiri profesinya dengan catatan yang tidak jelek, khususnya untuk pemain yang nyaris diamputasi. Ia mengumpulkan 833 laga dengan rerata 6,3 point, 2,4 rebound, dan 3 asis. Prosentase bidikannya capai 48,6 %, sementara efekive field goal dan true tembakan percentage-nya masing-masing 48,8 dan 53,1 %.


Catatan di atas sekalian meringkas turun-naik kehidupan Livingston di NBA. Saat beberapa orang meragukannya karena cidera kronis, ia berani mimpi untuk selalu usaha bangun.


Pada akhirannya, usaha kerasnya berbuah hasil yang sebanding. Livingston sanggup menukar daya ingat mengenai malam menakutkan dengan malam yang cantik. Namanya terpatri sebagai salah satunya juara dan petarung kuat di persaingan bola basket terbaik sedunia.


"Cerita Shaun Livingston sebagai salah satunya cerita paling ideonal dalam riwayat olahraga professional," kata General Manajer Bob Myers dalam pengakuan sah Warriors. "Apa yang ia raih selesai alami banyak masalah dan penderitaan di awal profesinya sebagai bukti riil ia sebagai pribadi, yang selalu diikuti dengan hal yang mengagumkan, keanggunan, dan profesionalisme."


Livingston sendiri sekarang memegang sebagai Director of Players Affairs and Engagement Golden State Warriors. Ia dekat sama beberapa pemain aktif Warriors yang pernah jadi rekanan segrupnya. Livingston usaha merajut jalinan baik dengan beberapa pemain muda yang akan jadi masa datang team.


Livingston bisa saja repot dengan peranan anyarnya. Tetapi, ceritanya tak pernah mati. Keruntuhan ironis dan kelahiran kembali Livingston akan memberikan inspirasi semakin banyak anak-anak muda. Entahlah itu yang mimpi untuk meniti karier sebagai pemain professional atau yang sekedar jadi pemirsa.